banner 728x250

Impor Sapi Hidup Dihentikan, Gapuspindo: Peluang Besar untuk Perekonomian

banner 120x600
banner 468x60



liputansaya.com


,


Jakarta


– Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) menilai kebijakan hapus kuota

impor sapi

hidup dari pemerintah tidak akan mengganggu peternak lokal melainkan memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional, khususnya di pedesaan. Direktur Eksekutif Gapuspindo Djoni Liano menjelaskan meski kuota impor dihapus tidak serta merta dibebaskan tanpa kendali.

“Jadi berdasarkan prognosa yang dihitung oleh pemerintah itu kemampuan produksi dalam negeri itu berapa. Itu 100 persen harus diserap. Jadi enggak akan mengganggu peternak sapi lokal,” kata Djoni dilansir dari


Antara


, Kamis 26 Juni 2025.

banner 325x300

Djoni mengatakan impor sapi hidup masih diperlukan mengingat konsumsi daging masyarakat Indonesia yang terus meningkat rata-rata mencapai 8 persen dalam empat tahun terakhir dan belum sepenuhnya dapat diimbangi oleh produksi dalam negeri. Menurutnya, impor dilakukan untuk sapi hidup karena dianggap memiliki nilai tambah yang lebih besar dan dapat menyerap tenaga kerja serta menguntungkan perekonomian di pedesaan sembari pemerintah terus menyusun program peningkatan produksi dalam negeri.

Lebih lanjut, Djoni mengungkapkan berdasarkan roadmap yang ada, kebutuhan impor sapi ditargetkan akan turun signifikan, dari 55 persen saat ini menjadi sekitar 24 persen pada 2030.

Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menyebut tahun 2025, pemerintah menargetkan mendatangkan 200 ribu ekor sapi perah dan 200 ribu ekor sapi pedaging. Dalam lima tahun, target total indukan sapi impor mencapai sekitar 2 juta ekor, dengan 1 juta ekor di antaranya sapi perah. “Pemerintah meminta para pengusaha ternak sapi di Indonesia yang mendatangkan sapi indukan dari luar negeri,”ucap Sudaryono.

Mengenai asal negara sapi hidup yang di impor, Sudaryono menyampaikan bahwa bisa berasal dari negara yang disetujui seperti Australia, Selandia Baru, hingga Brazil. “Boleh berinvestasi membawa sapi hidup ke Indonesia. Sumbernya terserah, selama negara itu disetujui untuk didatangkan, misalnya Australia, Selandia Baru, Brazil, boleh,” ucap Sudaryono setelah kegiatan Public Hearing di Jakarta dengan tema “Negara Beri Bukti, Masyarakat Terima Hasil”, sebagaimana dilansir dari Antara, Rabu 28 Mei 2025.

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyebut kuota impor sapi hidup sebelumnya pada 2025 sebanyak 350 ribu ekor dan penambahan 184 ribu ekor dilakukan sebagai upaya meningkatkan produksi daging sapi, sehingga diharapkan nantinya tidak lagi melakukan impor daging sapi beku yang telah diputuskan untuk dipangkas 100 ribu ton, dari 200 ribu ton.

Menurut Zulhas, impor sapi hidup dapat memberdayakan peternak dan petani sebab akan dikelola secara langsung. Selain itu, penambahan impor sapi hidup bertujuan agar Indonesia mendapatkan nilai tambah dari komoditas dibandingkan bila mengimpor daging beku hanya akan langsung dijual ke konsumen, tanpa melibatkan peternak dan petani.

Indonesia memang masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan hewani bahkan Kementerian Pertanian mencatat kebutuhan susu segar nasional mencapai 4,7 juta ton tetapi produksi dalam negeri baru bisa menyuplai 1 juta ton sehingga harus dipenuhi melalui impor hingga 3,7 juta ton. Guna mengatasi defisit, dilakukan dengan impor 1 juta ekor sapi perah secara bertahap dari 2025 hingga 2029.

Tidak hanya susu, kebutuhan daging sapi nasional pada 2024 mencapai 0,77 juta ton dengan produksi domestik hanya memenuhi 0,37 juta ton sehingga sisanya 0,4 juta ton harus dipenuhi dengan impor yang ditargetkan 1 juta ekor sapi pedaging bertahap dari 2025 hingga 2029. Meski nilai impor naik, proyeksi tren positif pada produksi daging sapi nasional membaik dengan tahun 2025 mencapai 380 ribu ton dan ditargetkan hingga 511 ribu ton pada tahun 2035.


Han Revanda Putra

berkontribusi dalam artikel ini.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *